Pernah ga kita berfikir bahwa selama yang kita pelajari di S1 Akuntansi dalam menyusun laporan keuangan khususnya, apakah kita pernah bertanya bahwa teknik pelaporan selama ini yang kita gunakan berbasis IFRS, jauh sebelum digunakan IFRS terdapat basis GAAP. Apa bedanya IFRS dengan GAAP? kita analasis sebagai berikut :
Dalam GAAP menggunakan prinsip laba/rugi yang konservatif sedangkan IFRS menggunakan prinsip laba rugi yang komprehensif
Berdasarkan laporan laba rugi GAAP, terdapat perbedaan antara
penghasilan terealisasi dari transaksi dan biaya histories yang terjadi
dalam periode waktu, dengan prinsip akrual, prinsip realisasi dan
prinsip penandingan yang sudah diakui oleh banyak studi empiris.
Namun dengan perkembangan ekonomi, bermunculannya perusahaan
perusahaan multinasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
membuat prinsip-prinsip dalam US GAAP terlalu konservatif untuk
mengevaluasi suatu operasi perusahaan dan biaya histories sudah tidak
dapat menggambarkan keadaan asset suatu perusahaan sebenarnya.
Oleh karena itu muncul solusi baru untuk mengikuti perkembangan
berbagai hal yang menuntut arus informasi yang berkualitas berupa konsep
laba rugi komprehensif yang dapat menjawab semua pertanyaan tersebut.
Dengan berkembangnya perekonomian, ilmu dan teknologi, serta
perkembangan kebutuhan informasi bagi stakeholder perusahaan maka
laporan laba/rugi yang sudah diakui secara general dirasa kurang relevan
untuk memenuhi arus informasi keuangan. Oleh karena itu ada sebuah
konsep yang ditawarkan oleh IASB berupa laporan laba rugi komprehensif
yang dirasa dapat lebih memberikan gambaran secara menyeluruh terhadap
stakeholder.
Seiring berjalannya waktu IASB dengan International Financial
Reporting Standards dimana di dalamnya terdapat konsep laba/rugi
komprehensif yang nantinya akan menggantikan laba/rugi konsep GAAP sudah
mulai diakui secara internasional.
Perbedaan Spesifik antara IFRS dengan US GAAP
Perbedaan terbesar antara GAAP dan IFRS adalah bahwa keseluruhan
menyediakan kurang detail. panduan tentang pengakuan pendapatan,
misalnya, secara signifikan lebih kecil dari GAAP luas. IFRS juga
mengandung relatif sedikit instruksi spesifik industri. Karena proyek yang sudah berjalan lama konvergensi antara IASB dan
FASB, sejauh mana perbedaan spesifik antara IFRS dan GAAP telah
mengecil. Namun perbedaan yang signifikan lakukan tetap, paling salah
satu dari yang dapat menghasilkan hasil yang dilaporkan sangat berbeda,
tergantung pada perusahaan industri dan individu fakta-fakta dan
keadaan.
Contoh:
- IFRS tidak mengizinkan Last In, First Out (LIFO).
- IFRS menggunakan metode langkah tunggal untuk write-downs kerusakan daripada langkah kedua metode yang digunakan dalam US GAAP, membuat write-downs lebih mungkin.
- IFRS memiliki batas probabilitas yang berbeda dan pengukuran objektif untuk kemungkinan.
- IFRS tidak mengizinkan utang untuk pelanggaran perjanjian yang telah terjadi harus diklasifikasikan sebagai non-arus pengabaian kecuali kreditur diperoleh sebelum tanggal neraca.
Kerangka konseptual pelaporan keuangan yang kita kenal selama ini
sebagaimana yang diadopsi dalam buku ajar di kampus-kampus adalah
kerangka konseptual berdasarkan GAAP. Sejalan dengan konvergensi
International Financial Reporting Standar (IFRS) kedalam Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), mau tidak mau kita harus merubah
mindset kita mengikuti kerangka konseptual IFRS tersebut.
Ada beberapa perbedaan dasar antara kedua standar tersebut
sebagaimana dijelaskan dalam tabel-tabel dibawah ini. Pada dasarnya
batang tubuh kerangka konseptual tersebut masih sama, yaitu level 1:
tujuan laporan keuangan, level 2: karakteristik kualitatif dan element
laporan keuangan, dan level 3: Asumsi dasar, Prinsip dan kendala.
Berikut adalah Perbedaan keduanya:
Level 1: Tujuan Laporan Keuangan:
GAAP | IFRS |
|
|
|
Level 2: Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi
GAAP | IFRS |
Relevan – terdiri dari:
|
Relevan – terdiri dari:
|
Dapat dipercaya – terdiri dari:
|
Dapat dipercaya – terdiri dari:
|
Dapat dibandingkan | Dapat dibandingkan |
Konsisten |
Level 2: Element Laporan Keuangan
GAAP | IFRS |
Aset Kewajiban Ekuitas Investasi pemilik Distribusi kepada pemilik Laba komprehensif Pendapatan Keuntungan Beban Kerugian |
Aset Kewajiban Ekuitas Pemeliharaan modal (diperoleh dari revaluasi asset dan kewajiban) Laba (Pendapatan dan keuntungan) Beban (beban dan kerugian) |
Level 3: Pengakuan dan pengukuran – Asumsi dasar
GAAP | IFRS |
|
Level 3: Pengakuan dan pengukuran – Prinsip
GAAP | IFRS |
|
|
Level 3: Pengakuan dan pengukuran – Kendala
GAAP | IFRS |
1. Biaya dan manfaat 2. Materialitas 3. Praktik Industri 4. Konservatisme |
|
Setelah kita membaca pernyataan diatas InshaAllah kita dapat mengetahui ternyata perbedaan yang mendasar antara GAAP dengan IFRS terletak pada pendekatan biaya jika GAAP menggunakan pendekatan biaya historis (historical cost) maka IFRS menggunakan pendekatan nilai wajar (Fair value). Contohnya saya gambarkan dalam sebuah filosofi pada saat berbasis GAAP maka kita akan membebankan biaya yang dibayarkan sesuai dengan periode lalu maka hal ini dirasa kurang menunjukan keadilan dalam hal menentukan biaya, coba kita bayangkan jika kita pada saat periode lalu membebankan biaya sewa sebulan sebesar Rp. 50.000 maka dengan seiring berjalannya waktu dengan perkembangan ekonomi Indonesia saat ini yang terdapat inflasi maka harga barang dan jasa juga akan semakin meningkat terlebih dalam suatu konteks nilai tukar rupiah maka dari tahun sebelumnya ke tahun selanjutnya biaya juga mengalami kenaikan harga hal itulah yang menyebabkan diperlukan adanya konvergensi dari GAAP ke IFRS untuk menciptakan kewajaran dalam laporan keuangan karena pada dasarnya IFRS menilai biaya sesuai dengan nilai wajar. Hal itulah yang akan menjadikan sebuah laporan keuangan dianggap wajar. Semoga dengan penjelasan ini akan memberikan tambahan ilmu kepada yang membacanya dan mohon maaf jika terdapat kesalahan karena manusia tidak lepas dari kesalahan maka berikan saran dan masukan agar saya bisa lebih belajar lagi untuk memperbaiki kesalahan. Terimakasih untuk yang membaca semoga bisa bermanfaat. Amin
Referensi : Akuntansi Keuangan I; Dwi Martani