Sabtu, 29 Oktober 2016

Pernah ga kita berfikir bahwa selama yang kita pelajari di S1 Akuntansi dalam menyusun laporan keuangan khususnya, apakah kita pernah bertanya bahwa teknik pelaporan selama ini yang kita gunakan berbasis IFRS, jauh sebelum digunakan IFRS terdapat basis GAAP. Apa bedanya IFRS dengan GAAP? kita analasis sebagai berikut :
Dalam GAAP menggunakan prinsip laba/rugi yang konservatif sedangkan IFRS menggunakan prinsip laba rugi yang komprehensif
Berdasarkan laporan laba rugi  GAAP, terdapat perbedaan antara penghasilan terealisasi dari transaksi dan biaya histories yang terjadi dalam periode waktu, dengan prinsip akrual, prinsip realisasi dan prinsip penandingan yang sudah diakui oleh banyak studi empiris.
Namun dengan perkembangan ekonomi, bermunculannya perusahaan perusahaan multinasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, membuat prinsip-prinsip dalam US GAAP terlalu konservatif untuk mengevaluasi suatu operasi perusahaan dan biaya histories sudah tidak dapat menggambarkan keadaan asset suatu perusahaan sebenarnya.
Oleh karena itu muncul solusi baru untuk mengikuti perkembangan berbagai hal yang menuntut arus informasi yang berkualitas berupa konsep laba rugi komprehensif yang dapat menjawab semua pertanyaan tersebut.
Dengan berkembangnya perekonomian, ilmu dan teknologi, serta perkembangan kebutuhan informasi bagi stakeholder perusahaan maka laporan laba/rugi yang sudah diakui secara general dirasa kurang relevan untuk memenuhi arus informasi keuangan. Oleh karena itu ada sebuah konsep yang ditawarkan oleh IASB berupa laporan laba rugi komprehensif yang dirasa dapat lebih memberikan gambaran secara menyeluruh terhadap stakeholder.
Seiring berjalannya waktu IASB dengan International Financial Reporting Standards dimana di dalamnya terdapat konsep laba/rugi komprehensif yang nantinya akan menggantikan laba/rugi konsep GAAP sudah mulai diakui secara internasional.

Perbedaan Spesifik antara IFRS dengan US GAAP
Perbedaan terbesar antara GAAP dan IFRS adalah bahwa keseluruhan menyediakan kurang detail. panduan tentang pengakuan pendapatan, misalnya, secara signifikan lebih kecil dari GAAP luas. IFRS juga mengandung relatif sedikit instruksi spesifik industri. Karena proyek yang sudah berjalan lama konvergensi antara IASB dan FASB, sejauh mana perbedaan spesifik antara IFRS dan GAAP telah mengecil. Namun perbedaan yang signifikan lakukan tetap, paling salah satu dari yang dapat menghasilkan hasil yang dilaporkan sangat berbeda, tergantung pada perusahaan industri dan individu fakta-fakta dan keadaan.
Contoh: 
  • IFRS tidak mengizinkan Last In, First Out (LIFO). 
  • IFRS menggunakan metode langkah tunggal untuk write-downs kerusakan daripada langkah kedua metode yang digunakan dalam US GAAP, membuat write-downs lebih mungkin. 
  • IFRS memiliki batas probabilitas yang berbeda dan pengukuran objektif untuk kemungkinan.
  • IFRS tidak mengizinkan utang untuk pelanggaran perjanjian yang telah terjadi harus diklasifikasikan sebagai non-arus pengabaian kecuali kreditur diperoleh sebelum tanggal neraca.
Kerangka konseptual pelaporan keuangan yang kita kenal selama ini sebagaimana yang diadopsi dalam buku ajar di kampus-kampus adalah kerangka konseptual berdasarkan GAAP. Sejalan dengan konvergensi International Financial Reporting Standar (IFRS) kedalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), mau tidak mau kita harus merubah mindset kita mengikuti kerangka konseptual IFRS tersebut.
Ada beberapa perbedaan dasar antara kedua standar tersebut sebagaimana dijelaskan dalam tabel-tabel dibawah ini. Pada dasarnya batang tubuh kerangka konseptual tersebut masih sama, yaitu level 1: tujuan laporan keuangan, level 2: karakteristik kualitatif dan element laporan keuangan, dan level 3: Asumsi dasar, Prinsip dan kendala.
Berikut adalah Perbedaan keduanya:
Level 1: Tujuan Laporan Keuangan:
GAAP IFRS
  • Menyediakan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan investasi dan kredit.

  • Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagisejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.
  • Menyediakan informasi yang berguna untuk memprediksi jumlah, waktu, dan ketidakpastian arus kas masa depan perusahaan
  • Pengguna adalah investor, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah dan masyarakat.

  • Menyediakan informasi tentang sumber dayaekonomi, klaim terhadap sumber daya tersebut, dan perubahan terhadap keduanya.
Level 2: Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi
 GAAP IFRS
Relevan – terdiri dari:
  • Nilai prediksi – membantu pengguna memprediksi hasil dari kejadian masa lalu, saat ini dan masa depan.
  • Nilai umpan balik – membantu pengguna mengkonfirmasi dan membetulkan nilai prediksi sebelumnya.
  • Tepat waktu – tersedia sebelum kehilangan kapasitas untuk mempengaruhi keputusan
Relevan – terdiri dari:
  • Nilai prediksi
  • Nilai konfirmasi
  • Materialitas

Dapat dipercaya – terdiri dari:
  • Disajikan dengan jujur
  • Netral
  • Dapat diferivikasi

Dapat dipercaya – terdiri dari:
  • Disajikan dengan jujur
  • Netral
  • Substansi mengungguli bentuk
  • Kehati-hatian (dimana ada ketidakpastian, kesalahan dalam menyediakn informasi dan menjamin adanya konservatisme.
  • Kelengkapan
Dapat dibandingkan Dapat dibandingkan
Konsisten
Level 2: Element Laporan Keuangan
GAAP IFRS
Aset
Kewajiban
Ekuitas
Investasi pemilik
Distribusi kepada pemilik
Laba komprehensif
Pendapatan
Keuntungan
Beban
Kerugian
Aset
Kewajiban
Ekuitas
Pemeliharaan modal  (diperoleh dari revaluasi asset dan kewajiban)
Laba (Pendapatan dan keuntungan)
Beban (beban dan kerugian)

Level 3: Pengakuan dan pengukuran – Asumsi dasar
GAAP IFRS
  1. Kelangsungan usaha
  2. Entitas ekonomi
  3. Unit moneter
  4. Periodisitas
  5. Kelangsungan usaha
  6. Basis akrual

Level 3: Pengakuan dan pengukuran – Prinsip
GAAP IFRS
  1. Biaya historis
  2. Pengakuan pendapatan
  3. Kesesuaian
  4. Pengungkapan penuh

  1. Biaya historis
  2. Biaya sekarang (apa yang harus dibayar hari ini untuk mendapatkan aset. Ini sering diperoleh dalam penilaian yang sama dengan nilai wajar)
  3. Nilai realisasi (jumlah kas yang dapat diperoleh saat ini jika asset dilepas
  4. Nilai wajar
  5. Pengakuan pendapatan
  6. Pengakuan beban
  7. Pengungkapan penuh
Level 3: Pengakuan dan pengukuran – Kendala
GAAP IFRS
1. Biaya dan manfaat
2. Materialitas
3. Praktik Industri
4. Konservatisme
  1. Keseimbangan antara biaya dan manfaat
  2. Tepat waktu
  3. Keseimbangan antara karakteristik kualitatif

Setelah kita membaca pernyataan diatas InshaAllah kita dapat mengetahui ternyata perbedaan yang mendasar antara GAAP dengan IFRS terletak pada pendekatan biaya jika GAAP menggunakan pendekatan biaya historis (historical cost) maka IFRS menggunakan pendekatan nilai wajar (Fair value). Contohnya saya gambarkan dalam sebuah filosofi pada saat berbasis GAAP maka kita akan membebankan biaya yang dibayarkan sesuai dengan periode lalu maka hal ini dirasa kurang menunjukan keadilan dalam hal menentukan biaya, coba kita bayangkan jika kita pada saat periode lalu membebankan biaya sewa sebulan sebesar Rp. 50.000 maka dengan seiring berjalannya waktu dengan perkembangan ekonomi Indonesia saat ini yang terdapat inflasi maka harga barang dan jasa juga akan semakin meningkat terlebih dalam suatu konteks nilai tukar rupiah maka dari tahun sebelumnya ke tahun selanjutnya biaya juga mengalami kenaikan harga hal itulah yang menyebabkan diperlukan adanya konvergensi dari GAAP ke IFRS untuk menciptakan kewajaran dalam laporan keuangan karena pada dasarnya IFRS menilai biaya sesuai dengan nilai wajar. Hal itulah yang akan menjadikan sebuah laporan keuangan dianggap wajar. Semoga dengan penjelasan ini akan memberikan tambahan ilmu kepada yang membacanya dan mohon maaf jika terdapat kesalahan karena manusia tidak lepas dari kesalahan maka berikan saran dan masukan agar saya bisa lebih belajar lagi untuk memperbaiki kesalahan. Terimakasih untuk yang membaca semoga bisa bermanfaat. Amin
Referensi : Akuntansi Keuangan I; Dwi Martani